Berekspektasi Tapi Pakai Logika!

berejsoetasai pakai logikaa persita tangerang suara belakang gawang

Ekspektasi tidak boleh mengalahkan logika, prinsip yang selalu saya tanamkan dalam hidup, terutama saat berekspektasi ke tim kebanggan warga Tangerang, Persita Tangerang.

Musim ini ekspektasi saya tidak muluk, yang penting papan atas atau minimal diatas 8 besar klasemen. Mengapa tidak ekspektasi juara? Saya percaya akan proses, dan menuju tangga juara itu butuh banyak anak tangga yang dilalui dulu.

Berkaca dari raihan selama dua setengah dekade ke belakang, kalau diibaratkan sebuah bangunan maka Persita terhitung bangunan yang tak dirancang untuk menjadi pencakar langit.

Bagaikan kontraktor BUMN karya yang jadi pesakitan, terkadang Persita bagaikan bangunan yang sudah sampai 12 lantai menuju 18 lantai, tapi karena managerial perusahaan yang buruk, perusahaan harus jatuh lagi sehingga membangun ulang gedung dari pondasi.

Itu tercermin dari bongkar pasang skuad persita dan jajaran kepelatihan yang terus terjadi dalam beberapa tahun ke belakang, tak ada bentuk jelas yang terlihat akan seperti apa bangunan ini saat sudah rampung.

Belum lagi akademi yang diharapkan mencetak pemain untuk diri sendiri, sebagai investasi masa depan layaknya La Masia belum juga banyak menjawab kebutuhan tim.

 

“TERGOCEK AGEN”

Dalam pertemuan dengan suporter, jajaran manajemen Persita mengaku menargetkan diri bisa minimal finish 10 besar.

Menurut saya ini sebuah langkah realistis, mengingat tak ada transfer pemain yang mengesankan, sebut saja lima pemain asing teranyar yang terbilang hanya beberapa yang memiliki cacatan menarik.

Misal Igor Rodrigues yang memiliki postur bagus khas kiper Eropa, dan Marcelo Barbosa yang pernah beemain untuk Hanrum Spantans juara Liga Malta pada musim 2020-2021 dan 2023-2024.

Sisanya, mungkin bukan menjadi skuad utama di klub sebelumnya, nampak dari statistik jumlah pertandingan yang tidak terlalu banyak.

Uniknya, manajemen Persita mengklaim saat ini yakin dengan rekrutannya. Alasannya kali ini mereka menggunakan data dan bukan hanya termakan video profile pemain yang diberi oleh agen pemain.

Tetapi, pada pertandingan perdana, nyaris para pemain anyar belum menunjukan tajinya di lapangan hijau meski menang 0-1 dari PSIS Semarang.

Credit point mungkin bisa diberikan ke Javlon dan Embalo yang mencetak gol kemenangan, keduanya terhitung tampil apik di lini belakang. Sisanya, mungkin belum menunjukan kehebatannya.

Yang menyedot perhatian saya adalah Marcelo Barbosa. Tubuhnya yang tambun dan tak banyak penetrasi mengesankan, seperti tak sesuai dengan embel-embel raihannya yang membawa Nandur Youngster juara empat kali berturut-turut.

Usut punya usut, Nandur Youngster bermain di Liga Gozo divisi satu, liga ini adalah liga di pulau Gozo, Malta. Artinya, bukan liga tier atau tingkat 1 alias teratas di Malta.

Dirinya memang pernah bermain untuk juara Liga Malta, Hanrum Spartans, tetapi hanya menyumbang 5 gol untuk setengah musim, sebelum akhirnya kembali ke Nandur.

Apakah ini benar data? Atau akan “kegocek” lagi oleh agen? Semoga saja tidak ya. Mudah-mudahan penilaian saya salah, tapi kalau saya benar, celakalah Persita.

Ingat, kadang data tak sesuai dengan realita!

 

FINANSIAL DAN IPO DI BURSA EFEK

Akhir Mei lalu, saya sedang di kantin kantor, kebetulan saya adalah jurnalis salah satu media massa ekonomi, saya bertemu dengan redaktur pelaksana saya. Dia tau saya suka dengan Persita.

“Ga, Lu tau gak siapa sebenernya pemilik Persita?” Tanya Redpel saya, “Setau gue sih mayoritas saham dimiliki Salim Group mas, lewat Moya, walaupun sampe saat ini pemilik lama masih pegang jabatan tertinggi. Kenapa gitu?” Jawab saya.

“Udah tau mereka mau lepas sebagian sahamnya di Persita?” Tanya dia, “Wah yang bener? Kalau cabut amsyong dong keuangan” jawab saya.

Percakapan ini setidaknya menjadi keresahan saya, bisa dibilang akan menjadi mimpi buruk jika salah satu pemegang saham itu melepas sebagian sahamnya.

Tapi, salah satu orang di manajemen mengaku kabar itu tidak benar, setidaknya sampai saat ini pemegang saham itu masih komitmen dengan Persita.

Sayangnya, kata-kata itu tidak 100% membuat saya tenang, masalah keuangan saja sudah terlihat dari perekrutan pemain yang terbilang “masuk budget” alias minim.

Jika berkaca dengan kasus Barbosa tadi, terlihat sekali memang budget untuk pemain sangat minim. Ya memang harus mawas diri, musim ini pengeluaran Pendekar cukup besar imbas menjadi musafir, harga sewa stadion, sewa hotel, lapangan latihan selama musafir membuat anggaran bengkak. Belum lagi harus menjalani laga melawan PSBK Biak yang berkandang di Jayapura, Papua.

Untuk tiket per orang saja, harga termurah sekotar Rp7,5 juta untuk pulang pergi Jakarta-Jayapura. Bayangkan jika harus mengirim satu skuad penuh dengan akomodasi lain, seperti makan, minum hingga sewa bus, mungkin bisa membeli 1 unit mobil Ertiga 2024 dengan type terendah.

Di saat yang bersamaan, pemasukan tentunya akan menjadi minim, animo suporter tak akan sebesar saat bermain di Tangerang. Belum lagi jumlah sponsor juga tak sebanyak musim lalu.

Artinya, masalah finansial bisa jadi terjadi dengan kondisi saat ini yang cukup sulit.

Di luar itu semua, cerminan finansial yang terbilang cukup tapi tidak berlebih terlihat dari pernyataan salah satu jajaran manajemen, pada pertemuan dengan suporter sebelum liga dimulai.

Salah satu masalah Persita belum dinyatakan lolos verifikasi lisensi yang ditentukan federasi adalah masalah keuangan. Memang keuangan masih terbilang cukup, hanya saja laporan keuangan tidak diberikan per enam bulan atau per semester, Persita hanya memberikan laporan keuangan tahunan.

Rencananya akan segera dipenuhi sesuai dengan syarat lisensi, dan melibatkan auditor eksternal agar hasil audit bisa independent.

Tetapi, ada yang janggal, lantaran ada pengakuan jika persita ingin menjadi perusahaan terbuka melalui Initial Public Offering (IPO) atau menyusul PT Bali Bintang Sejahtera Tbk. (BOLA) atau Bali United untuk melantai di Bursa Efek Indonesia. Artinya saham Persita nantinya bisa dibeli oleh publik.

Jika memang ingin melantai di BEI, seharusnya bukan membuat laporan keuanhan tahunan saja. Sejatinya Persita melaporkan keuangannya secara kuartalan atau per tiga bulan, layaknya laporan keuangan emiten di BEI, kuartal 1,2,3,4 dan tahunan.

Tetapi, sebagai orang yang mencintai klub ini dari hati, alanglah baiknya jangan jadikan Bursa efek sebagai cara mudah dapatkan modal.

Seperti yang saya katakan di awal, dua setengah dekade ini Persita belum menunjukan mau jadi apa?, jika diibaratkan gedung, mau gedung seperti apa? Sudah kokoh kah pondasinya? Apakah market Persita sudah terbentuk? Bagaimana arus kas nya? Aset dan lainnya?

JIka semua belum siap, maka kuatkan dahulu sebelum menjadi perusahaan terbuka atau go public. Jangan sampai sudah go public, kinerja menurun, saham jeblok dan jadi saham gorengan, terkena suspend dan balik delisting dari BEI.

Ingat kata-kata saya di awal, Ekspektasi tak boleh kalahkan logika!.

 

Muhammad Olga Abdella

Jurnalis Ekonomi, Founder North Legion 1953

Share Articles

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Pinterest

related post

persita 2024 recap

Persita 2024 Recap

Mengawali musim dengan harapan & kecemasan, bagaimana tidak? Harapan selalu

Gracias Hermano

Gracias Hermano

Persita Tangerang melalui tantangan besar dengan berhasil menyelamatkan diri dari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *